Oleh Aswar Hasan
gemanews.id-Makassar-Di media Sosial beredar luas video rekaman ceramah Profesor Quraish Shihab yang mengatakan, kalau pemimpin yang berbohong maka pengikutnya yang percaya pun akan terkena siksa. Kenapa ? Karena ia percaya kebohongan sehingga ia mengikuti. Jangan duga, kalau mengikuti pemimpin yang anda tahu ia berbohong, anda bebas dari tanggung jawab. Menurut Quraish, mengukuhkan seorang pemimpin pembohong dan memberikan ia kekuatan (suara) untuk memimpin, dimana kekuatan (suara) itu bersumber dari anda yang mendukungnya, maka kebohongannya dan kedurhakaannya itu, anda ikut mendukung, serta mengukuhkan kebohongan dan kedurhakaannya itu.
Rasulullah bersabda, “Sesudahku nanti akan ada pemimpin yang berbuat zalim dan berdusta, siapa yang membenarkan kedustaannya dan membantu kezalimannya maka tidak termasuk golongan dari umat ku dan aku juga tidak termasuk darinya dan ia tidak akan datang ke telaga (yang ada di surga).” (HR. Nasa’i)
Demikian penjelasan Prof. Quraish, yang ternyata dipertegas dengan hadist yang diriwayatkan oleh Nasa’i, bahwa betapa berbahayanya mendukung pemimpin yang berbohong, karena akibat dosanya ikut serta ditanggung oleh yang mendukungnya (memilihnya). Ini penting bagi pemilih di Pilkada nanti, terkhusus di Pemilihan Walikota Makassar.
Jauhkanlah diri kalian dari kebohongan, karena sungguh kebohongan itu menunjukkan kepada kefasikan/kemaksiatan, dan sungguh kefasikan itu akan menunjukkan kepada neraka. (Muttafaqun ‘Alaih). Pemimpin pembohong yang terpilih, tidak akan mendapat petunjuk dari Tuhan:
“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang melampaui batas dan pendusta”. (Q.S. Ghafir/40: 28)
Berbohong adalah pangkal dari berbagai kejahatan, dan kerusakan di bumi ini dan salah satu ciri golongan orang munafik adalah mereka yang suka berkata dusta. Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan, tanda-tanda orang munafik mencakup perbuatan dusta, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan. Tanda pertama, dusta dalam perkataannya; Tanda kedua, dusta dalam amanahnya; Tanda ketiga, dusta dalam janjinya.
Ketiga jenis dusta itu, rentan terjadi di momen pilkada. Kita sama tahu, bahwa di moment pilkada adalah musim menyebar janji-janji. Tak ada pilkada tanpa janji politik. Karenanya, menjadi kewajiban kita, menelusuri jejak pribadi setiap calon, apakah dia termasuk orang jujur atau dia pernah berbohong.
Maka, waspadalah terhadap para calon yang akan anda pilih. Sebab, jika anda memilih pendusta atau pembohong, anda ikut menanggung dosanya dan dosa tersebut pasti tidak sabanding dengan keuntungan duniawi yang anda peroleh dari calon pemimpin pembohong tersebut. Itu kalau anda masih menganggap iman anda lebih berharga dari apa pun. Kalau tidak, lain cerita. Wallahu A’lam Bishawwabe.
*) Tulisan tsb telah dimuat di Harian Fajar, Ahad,18/10/2020. Halanan, 11