oleh

PAC Ansor Terbentuk, ini Pesan Ketua Ansor Maros

-Sulselbar-483 Dilihat

Gemanews.id-Maros-Konferensi Anak Cabang (Konferancab) Ke-I secara serentak untuk kecamatan Mallawa, Kecamatan Camba, Kecamatan Cenrana dilaksanakan di Aula Kantor Camat Mallawa. Sabtu, 30/10/2021

Ketua panitia Konferancab ke I, Al Ansari mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari hasil rapat bersama antar alumni PKD ataupun DTD se kecamatan Cenrana, Camba dan Mallawa.

Beberapa pertimbangan lainnya karena secara kuantitas, jumlah kader yang pernah mengikuti diklat atau pelatihan sudah mencukupi, sehingga kami langsung berkoordinasi dengan Pimpinan Cabang GP Ansor Kabupaten Maros terkait pelaksanaan Konferensi ini.

Ketua PC GP Ansor Kabupaten Maros, Abrar Rahman dalam sambutannya sangat mengapresiasi atas terselenggaranya Konferancab Ke-I ini, karena hal ini merupakan bagian dari tonggak sejarah atas berdirinya Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor di tiga kecamatan ini, yaitu Mallawa, Camba dan Cenrana.

Lebih lanjut lagi, Abrar mengajak seluruh hadirin utamanya kader GP Ansor dan Banser Maros yang hadir untuk kembali membaca dan mengkaji ulang sejarah perjuangan Ulama Indonesia, khususnya Ulama NU.

Nahdlatul Ulama sebagai ormas yang kemudian melahirkan Gerakan Pemuda Ansor sebagai badan otonom nya didasari oleh sebuah peristiwa bersejarah yang monumental, yaitu berawal dari sejarah dibentuknya Komite Hijaz oleh Hadratusyekh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari pada tahun 1924 dengan menunjuk salah satu sahabat sekaligus santri beliau yaituKH. Abdul Wahab Chasbullah sebagai Ketua Komite Hijaz tersebut.

KH. Abdul Wahab Chasbullah atas perintah dan restu Hadratusyekh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari lalu berangkat untuk menemui Raja Ibnu Saud di Hijaz (Arab Saudi) untuk menyampaikan beberapa permohonan, katanya.

Ibnu Saud, Raja Nejad yang berkuasa di Makkah pada saat itu beraliran wahabi, aliran ini yang mendominasi tanah haram (makkah dan madinah), kelompok Islam lain dilarang mengajarkan mazhabnya dan tidak sedikit Ulama yang dibunuh, tandas Abrar.

Dengan alasan untuk menjaga kemurnian agama dari musyrik dan bid’ah, berbagai tempat bersejarah baik rumah Nabi Muhammad dan sahabat termasuk makam Nabi SAW hendak dibongkar, jelasnya.

Komite Hijaz inilah yang menyampaikan beberapa permohonan, antara lain memohon agar diberlakukan kebebasan bermazhab di negeri Hijaz dan memohon agar tetap diramaikan tempat-tempat bersejarah dan tidak dihilangkan, Komite Hijaz inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya NU, 31 Januari 1926, tambahnya.

Peristiwa bersejarah berikutnya adalah, momentum Hari Pahlawan 10 November 1945, yang kita peringati setiap tahun sejatinya lahir dilatar belakangi oleh fatwa atau resolusi jihad yang dibuat dan dikumandangkan oleh Hadratusyekh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari tokoh utama pendiri Nahdlatul Ulama, lanjutnya.

Saat itu, Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang membonceng tentara Sekutu (Inggris) ketika hendak kembali menduduki Indonesia dalam Agresi Militer Belanda II pasca kekalahan Jepang oleh sekutu, jelasnya.

Hadratusyekh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari lalu mengumpulkan ulama-ulama NU di kantor PBNU, Surabaya pada tanggal 21 dan 22 Oktober 1945 dan beberapa tokoh Ulama yang hadir antara lain Mbah Wahab Chasbullah dan Mbah Bisri Syansuri, dalam pertemuan itu lahirnya resolusi jihad NU 22 Oktober 145, tandasnya.

Dua fakta sejarah peran besar Ulama-Ulama NU dalam upaya memperjuangkan kepentingan mayoritas ummat Islam sedunia dalam hal kebebasan bermazhab di Haramain (Makkah dan Madinah) dan melindungi tempat-tempat bersejarah utamanya makam Nabi SAW dan sahabat-sahabat melalui delegasi Komite Hijaz dan lahirnya Resolusi Jihad NU 22 Oktober 1945 dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajah Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia melalui Agresi Militer Belanda II, bebernya.

Resolusi Jihad tersebut kata Abrar, berhasil membangkitkan semangat jihad para santri dan masyarakat Jawa Timur untuk berperang melawan penjajah Belanda dan Inggris, dan upaya itu berhasil, jelasnya.

Namun, lanjut Abrar sejak Soeharto atau orde baru berkuasa selama 32 tahun lebih sejarah akan peran besar dan nyata dari Ulama-Ulama NU dan santrinya dalam berjuang atau berjihad untuk kemerdekaan RI sengaja ditutup-tutupi atau disembunyikan oleh rezim saat itu, kepentingannya tentu jelas adalah mengebiri dan menghilangkan jasa besar Ulama-Ulama NU, dan itu jelas kejahatan dan dosa besar sejarah, tandas Abrar.

Fakta sejarah ini amat penting untuk diungkap dan terus digali kembali, karena hal tersebut berkaitan dengan peran sejarah atau kontribusi nyata dari para pendiri NU dalam mengerahkan seluruh tenaga, pikiran, harta hingga nyawa untuk melawan dan mengusir penjajah.

Terakhir, Abrar juga berpesan kepada seluruh kader dari tiga kecamatan ini agar senantiasa berkolaborasi dengan stakeholder yang ada dikecamatan masing-masing, karena sejatinya ansor harus mengambil peran penting di masyarakat apalagi berkaitan dengan persoalan sosial, keagamaan dan juga perekonomian masyarakat.

Dalam kegiatan ini terpilih secara aklamasi sahabat Alif Imam Fadilah sebagai ketua PAC Cenrana, Sahabat Irfan Alfian sebagai ketua PAC Camba dan sahabat Al Ansari sebagai ketua PAC Mallawa.

Turut hadir dalam kegiatan konferensi Anak Cabang ini dari perwakilan dari kantor KUA Mallawa, perwakilan Polsek Mallawa, perwakilan dari OKP setempat, Perwakilan Pemerintah Desa dan tokoh agama serta alumni PKPNU Maros.