Ad imageAd image

Golkar Sulsel  Semangat Baru Untuk IAS

admin
By admin 39 Views Add a Comment
Oleh: Baharuddin Hafid (Dosen Tetap Universitas Megarezky Makassar)

Gemanews.id-Makassar-Dalam peta politik Sulawesi Selatan, Partai Golkar selalu menjadi kekuatan sentral yang memengaruhi stabilitas dan arah kontestasi elektoral. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Golkar Sulsel memasuki fase turbulensi: stagnasi suara, menurunnya militansi kader, dan melemahnya ikatan historis dengan basis tradisional. Situasi ini menuntut hadirnya figur yang bukan hanya memiliki pengalaman politik, tetapi juga memiliki kemampuan menggerakkan mesin partai secara efektif. Di titik inilah nama Ilham Arief Sirajuddin (IAS) kembali mencuat sebagai poros harapan dan energi baru.

IAS bukan pendatang baru dalam struktur Golkar. Ia pernah diberi mandat sebagai Ketua DPD I Golkar Sulsel selama 16 bulan pada periode yang penuh dinamika. Meski waktu kepemimpinannya relatif singkat, IAS terbukti mampu melakukan konsolidasi internal, meredam ketegangan faksional, serta menggerakkan kader hingga ke tingkat kecamatan dan desa. Pengalaman tersebut memberi bukti bahwa IAS bukan hanya simbol, tetapi operator politik yang memahami anatomi Golkar secara mendalam.

Keberhasilan dua periode kepemimpinan IAS sebagai Wali Kota Makassar semakin memperkuat posisinya sebagai tokoh yang memiliki rekam jejak kepemimpinan yang teruji. Ia tidak hanya mengelola birokrasi, tetapi memastikan pembangunan kota berjalan dengan ritme percepatan yang nyata. Gaya kepemimpinannya yang tegas, inovatif, dan dekat dengan masyarakat menjadi aset politik yang sangat relevan bagi Golkar Sulsel yang membutuhkan figur kuat untuk menata ulang mesin partai.

Ad imageAd image

Golkar Sulsel di Persimpangan: Stagnasi atau Kebangkitan?

Realitas politik menunjukkan bahwa Golkar Sulsel hari ini berada di persimpangan. Ada dua pilihan: tetap berjalan dengan pola lama yang cenderung defensif, atau melakukan revitalisasi total melalui kepemimpinan yang progresif dan berani melakukan reposisi. Pemilih baru—khususnya kelompok milenial dan Gen Z—tidak lagi loyal terhadap simbol partai, tetapi terhadap gagasan, kinerja, dan figur yang autentik.

Tantangan Golkar bukan hanya memulihkan suara, tetapi memulihkan kepercayaan publik. Dalam situasi seperti ini, IAS hadir menawarkan:

Ad imageAd image

Kapasitas teknokratis dan politik yang seimbang

Kemampuan membaca peta kekuatan lokal

Jaringan sosial yang luas

Kepemimpinan yang bisa menyatukan faksi-faksi internal

Ini adalah kombinasi yang saat ini sulit dicari dalam figur lain.

Semangat Baru IAS: Lebih dari Sekadar Pergantian Figur

Yang membawa IAS menjadi relevan bukan hanya reputasinya, tetapi energi baru yang ia simbolkan. “Semangat baru IAS” bukan sekadar jargon, melainkan representasi dari tiga transformasi mendasar yang dibutuhkan Golkar Sulsel:

1. Transformasi Internal

Golkar memiliki struktur besar, tetapi sering kali melemah di tingkat eksekusi. IAS dikenal sebagai pemimpin yang tegas, namun solutif, dan mampu membalikkan struktur menjadi kekuatan yang bergerak. Pengalamannya meredam konflik saat memimpin selama 16 bulan menjadi modal penting untuk menyusun ulang solidaritas partai.

2. Reposisi Politik Publik

Selama ini, Golkar cenderung reaktif terhadap isu publik. Dengan gaya kepemimpinan IAS yang populis dan komunikatif, Golkar Sulsel berpotensi kembali menjadi pelopor isu-isu strategis, bukan sekadar peserta pasif dalam pertarungan opini.

3. Revitalisasi Basis dan Regenerasi Kader

Golkar harus membuka ruang bagi kader muda untuk naik ke panggung kepemimpinan. IAS memiliki rekam jejak memberi ruang bagi generasi baru politik ketika menjadi wali kota. Jika pola yang sama diterapkan pada Golkar Sulsel, partai ini akan memiliki masa depan yang lebih cerah.

Mengapa IAS Masih Dibutuhkan Golkar Sulsel?

Dengan pendekatan analitis, ada beberapa alasan objektif mengapa IAS menjadi figur paling strategis bagi Golkar Sulsel saat ini:

1. Jejak kepemimpinan birokratis dan politik yang teruji—kombinasi langka di tubuh Golkar.

2. Kapasitas konsolidasi internal yang pernah ia buktikan dalam periode 16 bulan kepemimpinannya.

3. Tingginya penerimaan publik, terutama di kawasan urban dan semi-urban.

4. Fleksibilitas politik, mampu membangun koalisi lintas partai maupun lintas kelompok sosial.

5. Rekam kerja yang masih dikenang masyarakat, sehingga mempermudah revitalisasi elektoral Golkar.

Dalam politik, figur yang mampu menggerakkan struktur dan sekaligus disukai publik adalah aset yang tidak boleh disia-siakan. IAS memiliki dua-duanya.

Penutup: Momentum yang Tidak Boleh Hilang

Golkar Sulsel dan Semangat Baru IAS bukan hanya tentang siapa yang memimpin, tetapi tentang arah baru yang ingin dicapai partai. Golkar membutuhkan energi yang segar, kepemimpinan yang kuat, dan visi yang mampu menjawab tantangan zaman. IAS membawa semua elemen itu dalam satu paket.

Golkar Sulsel memiliki kesempatan untuk keluar dari stagnasi dan merebut kembali posisi strategisnya dalam politik lokal. Momentum ini tidak boleh dilewatkan. Di tangan figur yang tepat, Golkar bukan hanya bangkit—tetapi kembali menjadi poros utama pembentukan masa depan politik Sulawesi Selatan.

IAS bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan strategis bagi Golkar Sulsel hari ini.(**)

Share This Article
Leave a review