Ad imageAd image

Kepemimpinan Bupati Lucky Hakim Dorong Indramayu Jadi Kabupaten Ramah Lansia dan Pusat Budaya Batik

admin
By admin 46 Views Add a Comment
Oplus_131072

Gemanews.id-INDRAMAYU — Di bawah kepemimpinan Bupati Lucky Hakim dan wakilnya untuk periode 2025–2030, Pemerintah Kabupaten Indramayu terus menggelorakan semangat pembangunan berbasis visi Indramayu REANG. Visi ini merupakan akronim dari Religius, Ekonomi Kerakyatan, Aman, Nyaman, dan Gotong Royong, yang tidak sekadar menjadi slogan, tetapi menjadi arah konkret dalam menata masa depan Indramayu.

Salah satu fokus penting dalam visi ini adalah upaya menjadikan Indramayu sebagai kabupaten yang ramah terhadap lanjut usia (lansia) serta tetap menjunjung tinggi kearifan lokal. Menurut DR Akotaviana, akademisi dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), perhatian terhadap lansia menjadi refleksi dari keberadaban sebuah masyarakat. Hal ini kemudian diwujudkan oleh pemerintah daerah melalui program unggulan “Reang Eman Ning Sema”.

Ad imageAd image

Program Reang Eman Ning Sema merupakan gerakan sosial budaya yang bertujuan menumbuhkan kembali nilai-nilai cinta dan hormat terhadap orang tua dan lansia. Gerakan ini tidak hanya berwujud kegiatan seremonial, melainkan dilengkapi dengan pendataan lansia, kunjungan sosial, hingga pemberian bantuan dan pendampingan oleh dinas-dinas terkait.

Tak hanya memperhatikan sisi kemanusiaan, visi Indramayu REANG juga merambah pada pelestarian budaya lokal, salah satunya melalui penguatan warisan Batik Kauman. Batik ini merupakan batik khas Indramayu yang kini mulai dikenal secara nasional hingga internasional.

Batik Kauman memiliki keunikan pada kombinasi warna-warna cerah dan motif dinamis seperti karang jahe, cungkring, dan gambir saketi. Motif-motif ini menggambarkan kedekatan masyarakat Indramayu dengan alam, spiritualitas, serta kehidupan sosial yang hangat. Keunikan ini menjadikan Batik Kauman sebagai incaran para kolektor dan desainer busana modern.

Pemerintah Kabupaten Indramayu juga menunjukkan sinergi antara budaya dan kesejahteraan sosial melalui berbagai program, seperti Festival Ramadan Reang, pameran UMKM, serta pelatihan membatik bagi generasi muda. Kegiatan-kegiatan ini memperkuat ekonomi kerakyatan sembari memperkuat identitas budaya lokal.

Dengan semangat Mulih Harja—sebuah filosofi yang berarti kembali pada kemakmuran sebagaimana tercantum dalam Prasasti Aria Wiralodra—pemerintah dan masyarakat Indramayu berkomitmen menjadikan daerah ini sebagai pelopor kabupaten ramah lansia dan pusat budaya batik yang mendunia.

Visi besar ini menjadi bukti bahwa pembangunan sejati tidak hanya berbicara tentang infrastruktur, tetapi juga menyentuh hati, budaya, dan kemanusiaan.

Penulis; Akbar Polo

Share This Article
Leave a review