Gemanews.id.Makassar – Sistem kendali pengawasan proyek menjadi salah satu hal yang harus prioritas, sehingga kontraktor pelaksana sepenuhnya dapat menjalankan kegiatan sesuai aturan kontrak yang telah disetujui bersama.
Inilah salah satu hal yang perlu diperhatikan pada Proyek Peningkatan Jalan Ujung Lamuru-Palattae Kabupaten Bone. Betapa tidak sebagai tahapan awal dalam pekerjaan proyek ini dilengkapi dengan talud penahan tanah (TPT) namun kondisi talud yang telah dikerjakan, kuat dugaan jika konstruksi talud tersebut sudah tidak sesuai dengan juknis.
Berdasarkan pantaun wartawan media ini dilokasi pekerjaan proyek, talud yang telah dikerjakan nampaknya mekanisme pasangan batu untuk talud ini menunjukkan adanya kecorobahan rekanan dalam melaksanakan item kegiatan ini. Talud yang telah terpasang, diduga kontraktor pelaksana asal bekerja saja tanpa memperhitungkan kualitas, pasalnya pondasi talud yang telah dikerjakan sangat rapuh, mudah terhambur atau tergerus, hal ini diduga telah mengurangi volume penggunaan semen yang telah yang dipersyaratkan sesuai Rencana Anggaran Biaya (RAB). Sebagaimana lasimnya pada beberapa proyek pemerintah untuk pekerjaan pondasi pasangan batu 1 banding 4 dan untuk plasteran 1 banding 3. Namun kondisi talud yang terpasang dilokasi diduga tidak sesuai.
Ironisnya, dari realisasi pekerjaan talud dapat tergerus hanya dengan menggunakan tangan tanpa menggunakan alat . Inilah ya g menjadi dilema sehingga pihak Dinas Bina Marga Provinsi Sulsel diharapkan melakukan pengawasan optimal agar tercapai kualutas sesuai yang diharapakan.
Bukan hanya itu, diduga pula ukuran batu yang dipersyaratkan untuk pondasi, pada beberapa titik tidak sesuai ukuran yang telah ditetukan. Begitupun juga dengan penggunaan bahan material dilokasi kegiatan perlu ketelitian.
Terkait hal ini, pihak Dinas PU Bina Marga kepada PPK / PPTK yang berusaha dikonfirmasi belum dapat ditemui.
Penulis : Asrul