Oleh Aswar Hasan
gemanews.id-Makassar-Ceramah Dai kondang Ustadz Das’ad Latif, S.Sos, M.Ag, Ph.D. alias UDL kerap ada videonya yang viral karena lucu, mudah disimak dan menyentuh sisi kehidupan terpenting kita.
Tadinya, hal yang kita anggap biasa. Tiba-tiba menjadi luar biasa. Tadinya, itu kita anggap tidak penting, namun setelah diolah oleh pikiran UDL dan keluar dari mulutnya, hal yang tadinya tidak penting itu pun, menjadi penting, karena diolah oleh bahasa yang menyentuh, dengan menghadirkan keseriusan, kelucuan dan kegentingan atas hal yang semula kita anggap biasa.
Salah satu hal yang boleh jadi kita anggap biasa dalam politik, seperti berbohong, namun lewat ceramah UDL kebohongan itu menjadi terasa menyentil dan banyak pihak pun tersentil.
Salah satu bagian ceramah UDL yang begitu sangat menyentil adalah peringatan untuk tidak memilih pemimpin yang pembohong. Kata UDL; “Memilih pemimpin pembohong adalah kesalahan. Tapi mempertahankan pemimpin yang pembohong, itu kebodohan, dongok, “beleng-beleng”.
Kita semua pasti ingin menghindari kesalahan. Karena itu, nasehat UDL untuk jangan memilih pemimpin pembohong, menjadi penting dan mendesak.
Fatwa Ust dasat Latif tersebut, mengharuskan kita untuk giat mencari informasi tentang pemimpin yang akan kita pilih. Apakah pemimpin itu pernah berbohong atau tidak.
Untuk mengetahui apakah pemimpin yang akan kita pilih itu pernah berbohong atau tidak, sangatlah gampang, apalagi saat ini era transparansi yang ditunjang dengan informasi dan teknologi internet yang sebegitu mudah mengakses terkait track record seseorang.
Kita bisa menelusuri jejak digitalnya, menanyakan orang- orang yang pernah berinteraksi dengannya, verifikasi janji dan jejak langkahnya, dan jangan mudah percaya apa yang dia janjikan. Telusuri saksi korban janji palsunya. Tapi pastikan kesaksiannya bisa dipercaya, alias bukan karena benci, atau saksi palsu karena sudah kena sogok. Yang jelas, saat ini sudah mudah untuk melacak jejak kebohongan seseorang. Olehnya itu tidak bisa diterima, kalau anda memilih pemimpin pembohong, karena ketidaktahuan.
Lebih fatal lagi, kata Ust Dasat latif (UDL), adalah mempertahankan pemimpin pembohong. Mempertahankan pemimpin pembohong adalah sebuah kebodohan, dipertegas lagi dengan istilah “Dongok”, alias “Beleng-beleng.
Kata dongok alias beleng-beleng, kedengarannya lucu, namun sesungguhnya sangat menyakitkan. Betapa tidak, karena pasti anda tak sudi dikatakan sebagai orang dongok apalagi jika dipertegas sebagai beleng- beleng.
Oleh karena itu, agar kita tidak termasuk orang dongok alias beleng-beleng, maka jangan mempertahankan pemimpin pembohong. Dibohongi untuk pertama kalinya, jelas itu kesalahan yang mungkin bisa dimaafkan karena ketidaktahuan. Tetapi mempertahankan pemimpin pembohong (tetap mempercayainya) adalah sebuah keputusan dongok alias beleng-beleng. Sebuah predikat yang merendahkan sebagai manusia berakal. Wallahu A’lam Bishawwabe.
*) Telah dimuat di Kolom Secangkir Teh, Di Harian Fajar,25 Oktober 2020. Halaman 11.