Gemanews.id, Makassar — Satu tahun kepemimpinan Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah dan wakilnya, Andi Sudirman Sulaiman telah berupaya memaksimalkan kinerja. Salah satu fokusnya, pembangunan infrastruktur terutama di daerah terpencil.
Pemprov Sulsel dibawah kepemimpinan Nurdin dan Sudirman memberikan perhatian khusus pada daerah terisolasi. Tujuannya, mewujudlan koneksitas semua wilayah di Sulsel.
Kepala Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Sulsel, Prof Rudy Djamaluddin yang juga Pelaksana Kepala Bappeda Sulsel menyampaikan, saat ini sedang berlangsung pembangunan jalan baru di sejumlah daerah. Targetnya, akhir tahun nanti, ada jalan baru sepanjang 130 kilometer yang terbangun.
“Memang baru jalan kerikil, karena kita mau fungsional dahulu. Kalau langsung mulus, pasti pekerjaannya tidak bisa panjang jalannya, sehingga tidak bisa fungsional,” ujar Prof Rudy dalam diskusi di redaksi FAJAR, Rabu (4/9/19).
Prof Rudy merincikan, jalan baru tersebut di antaranya di Seko, Luwu Utara. Kemudian ada juga jalan alternatif dari Bungoro, Pangkep ke Bone. Tidak ketinggalan akses baru dari Bua, Luwu ke Rantepao, Toraja Utara.
“Dengan koneksitas itu, pertumbuhan ekonomi baru akan tumbuh di wilayah yang dilewati itu. Masyarakat tentu juga akan semakin mudah dalam memasarkan hasil bumi mereka,” terang Prof Rudy.
Guru Besar Unhas itu melanjutkan, untuk memaksimalkan semua pekerjaan itu, Nurdin bersama Sudirman memberikan porsi anggaran besar. Ia mencontohkan, jika biasanya Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi hanya mendapat alokasi Rp320 milia pertahun, mulai 2019 meningkat tajam menjadi Rp600 miliar lebih. Naik dua kali lipat.
Tak hanya itu, pemprov juga memberikan bantuan keuangan untuk daerah. Dominan diperuntukkan pada infrastruktur.
Menurut Prof Rudy, target dalam tiga sampai empat tahun ke depan, semua jalan di Sulsel mantap. Saat ini, sesuai penilaian Kementerian PUPR, kondisi jalan mantap Sulsel baru pada posisi 52 persen.
“Sementara untuk jalan nasional itu sudah pada posisi 92 persen. Kita sudah jauh tertinggal, tetapi insyaalah kita bisa maksimalkannya ke depan,” ungkapnya.
Untuk memaksimalkan kinerja pada sektor infrastruktur, Prof Rudy menyampaikan, Sulsel sedikitnya masih butuh dana Rp9 triliun. Jika hanya mengandalkan APBD, tentu tidak bisa. Makanya, pemprov juga terus berupaya membujuk pusat agar bisa mengucurkan anggaran untuk Sulsel.
“Saya pikir Pak Gubernur sudah menyampaikan pada beberapa kali kesempatan. Tahun 2020, kita sudah dijanjikan anggaran Rp1 trilun. Kita kawal bersama-sama, semoga janji itu terealisasi,” harapnya.
Pembicara lainnya, Herman Heizer, banyak memberikan pujian terhadap kinerja dan sikap Nurdin dan Sudirman. Hanya saja, Herman menyampaikan data jika tingkat kepuasan masyarakat masih cukup rendah. Angkanya masih pada kisaran 40 persen.
“Perlu ada tim yang bisa mendekatkan gubernur dengan media. Supaya informasi bisa tersebar luas, sehingga masyarakat bisa tahu kinerja pemprov,” ujar Herman.
Di sisi lain, Herman berharap, kunjungan atau perjalanan gubernur ke luar negeri agar betul-betul dimaksimalkan untuk melobi investor. Hanya saja, ia minta agar pengusaha lokal juga diberikan porsi khusus agar bisa ikut berkembang.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas, Prof Muhammad Asdar banyak mengupas terkait kinerja gubernur dan wakil gubernur dari sisi ekonomi. Ia menyebut, dana beli masyarakat Sulsel cukup tinggi. Hal itu pun sejalan dengan pembangunan infrastruktur yang dimaksimalkan pemprov saat ini.
“Semua sektor sudah disentuh. Kesehatan ada pembangunan rumah sakit regional dan ambulans laut. Begitu pun sektor lainnya. Kita berharap, kinerja ini bisa konsisten untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Diskusi setahun kepemimpinan Prof Andalan ini cukup menyita perhatian. Para peserta antusias menyampaikan saran dan pandangan secara umum. (*)
Komentar